Senin, 26 Februari 2018

Telaah Kitab Sunan An Nasa'i

Nama : Indah Bekti Wijayanti
NIM    : 175231011
Kelas : PBS 2A

Judul Kitab : Terjamah Sunan An-Nasa'iy
Penerbit : CV. Asy Syifa' - Semarang
Tahun : 1992

Telaah Kitab Sunan An Nasa'i

A. Nampak Luar.
Dari luar kitab ini terlihat sudah lama dan sedikit lusuh. Sampulnya dicetak sangat tebal seperi terdapat papan di dalamnya, seperti kitab-kitab lainnya. Karena sudah termakan usia, sampul kitab ini terdapat beberapa goresan di beberapa tempat. Selain itu, kitab ini juga terlihat lumayan tebal, dan agak berat. Sementara warna sampulnya, terlihat campuran antara warna coklat, biru, dan keemasan yang ditambah beberapa garis berwana merah.

B. Nampak Dalam.
Pertama kali membuka kitab, aroma khas kitab yang sudah lama tercium, sedikit apek dan menyengat. Setelah saya buka-buka ternyata ada beberapa halaman yang robek, bahkan hilang. Kertasnya terlihat berwarna coklat, entah memang berwarna seperti ini atau karena termakan usia. Sistem penulisannya dibuat huruf arab di bagian atas, lalu terjemahnya di bagian bawah dan terdapat nomor hadis, serta terdapat nomor halaman di pojok bawah bagian luar. Dalam kitab ini, di dalamnya terdapat lebih dari seribu hadis dan dibagi kedalam beberapa bab, dan pada di setiap hadis diberi angka. Di dalam kitab ini banyak ditemukan suatu hadis yang muncul lebih dari satu kali di beberapa tempat.

C. Sistem Penulisan.
 Materi pada hadis di kitab ini diutamakan menyangkut tentang bagaimana kehidupan yang beragama. Kitab ini menggunakan metode sunan, sesuai dengan nama kitab tersebut. Metode sunan adalah metode menyusun kitab hadis dengan mengklasifikasikan hukum Islam dan hanya memasukkan hadis-hadis yang bersumber dari Nabi Muhammad saw. Dan masing-masing kumpulan hadis yang satu materi diberi judul sub bab yang berdasarkan analisis dari Imam An-Nasa’i.

D. Contoh Hadis.
Berikut ini ada salah satu hadis yang terdapat dalam kitab Sunan An-Nasa'i, pada halaman 267 hadis ke-1581 dalam bab "dianjurkan untuk qiyaamul lail". Hadis ini cukup terkenal dan sering dibawakan oleh penceramah dalam berdakwah, dan seperti yang sudah tercantum, hadis tersebut memerintahkan kita untuk melakukan qiyaamul lail, atau sholat malam, seperti tahajud dan witir. Betapa mulianya sholat malam karena bisa membersihkan jiwa dan ketika pagi hari hendak beraktivitas menjadi bersemangat. Sebaliknya, jika kita tertidur sampai subuh atau bahkan sampai fajar, maka jiwa kita akan kotor dan kurang bersemangat untuk beraktivitas.

E. Biografi Singkat Imam An-Nasa'i.
Memiliki nama asli Ahmad bin Syu’aib bin Ali bin Sinan bin Bahr al-Khurasani al-Qadi. Dan dengan nama kuniyah Abu Abdirrahman. Nasabnya adalah An Nasa`i dan An Nasawi, ini merupakan nisbah kepada tempat Imam An-Nasa'i di lahirkan, yakni di suatu kota yang berada  di Khurasan. Imam An Nasa`i adalah seseorang yang tampan, memiliki wajah yang senantiasa bersih serta terlihat segar, kulitnya kemerah-merahan dan suka mengenakan pakaian dengan motif bergaris buatan Yaman. Beliau adalah seorang yang kharismatik, tenang dan berpenampilan menarik.

Imam Nasa`i berkeliling ke negara-negara Islam untuk mencari pengetahuan, dari timur hingga ke barat, karena itulah beliau mendapat pengajaran banyak hadis dari para penghafal Al-Qur'an dan Syeh atau seseorang yang sangat mendalami agama Islam di berbagai tempat. Satu tahun sebelum wafatnya, imam An-Nasa'i pindah dari Mesir ke Damsyik. Belum ada kepastian tentang dimana sebenarnya imam An-Nasa'i meninggal. Namun banyak yang mengatakan imam An-Nasa'i meninggal di Makkah dan dimakamkan diantara Shafa dan Marwah.

F. Refleksi.
Setelah menelaah kitab Sunan An-Nasa'i ini saya menjadi banyak tahu beberapa hadis yang belum pernah saya ketahui. Terus terang saya baru pertama kali ini membuka dan membaca kitab hadis, ternyata sangat menyenangkan karena sangat menambah ilmu. Kita jadi tahu tentang beberapa hal menyangkut keseharian dan bertingkah laku menggunakan dasar yang pasti. Walaupun saat mencari kitab ini sedikit kesulitan, tetapi terbayar dengan pengetahuan yang didapatkan. Dan saya berharap semoga tulisan ini beramanfaat bagi kita bersama.

Dan ini adalah bukti hasil dari pengecekan plagiarisme, untuk menghindari plagiarisme. Memang terdapat kemiripan, ini karena saya mencantumkan nama asli dari imam An-Nasa'i yang tentu saja tidak bisa saya ubah.


Sekian, semoga bermanfaat.

Senin, 05 Februari 2018

Resume "Metodologi Studi Islam - Dr. Ismail Yahya, MA"

Nama : Indah Bekti Wijayanti
NIM    : 175231011
Kelas : PBS 2A
Sumber
Judul Buku                  : Metodologi Studi Islam
Penarang                     :Dr.Ismail Yahya, MA
Penerbit                       : Kaukaba Dipantara
Cetakan 1                    : Mei 2016
Jumlah Halaman          : 68 halaman
ISBN                           :978-602-1508-58-9

 Bab I. Islam dan Ilmu Pengetahuan
 1.1 Dorongan Islam Mencari Ilmu Pengetahuan
Islam sangat mendorong umatnya untuk mencari ilmu. Al-Qur'an dan Hadis Nabi Muhammad memerintahkan umat Islam untuk 'membaca' dan 'mencari ilmu sejak buaian hingga ke liang lahad,' walaupun 'mencari ilmu itu ke negeri Cina', karena 'mencari  ilmu itu merupakan kewajiban bagi setiap Muslim,' Allah juga menjanjikan 'siapa saja berjalan mencari ilmu, Allah akan memudahkan jalannya menuju surga.'
Dengan dorongan ini, orang-orang Islam termotovasi mencari ilmu dengan suka dan duka melakukan perjalanan dari satu negeri ke negeri lain yang mungkin belum pernah terjadi di dalam peradaban manusia lainnya. Kisah-kisah perjalanan para ulama dalam mencari ilmu banyak diceritakan di dalam buku-buku. Di dalam ar-Rihlah fi Talab al-Hadis, Al-Baghdadi menceritakan kedudukan ilmu.
Sementara Abdul Fattah dalam Safahat min Sabr al-Ulama juga menceritakan perjuangan suka dan duka para sahabat dan tabiin serta para ulama dalam mencari ilmu. Lain halnya dengan Abdul Aziz dalam Ma'alim fi Tariq Talab al-Ilm menjelaskan tentang adab-adab yang haris diperhatikan oleh pencari ilmu. Etika mencari ilmu pengetahuan di dalam Al-Qur'an adalah bahwa ilmu harus dicari dari sumbernya yang asli.
1.2 Pusat Pengetahuan dan Pendidikan Islam
    1.2.1 Wilayah Timur (Madinah, Syam, Baghdad, Persia, Mesir)
Madinah sebagai kota Nabi harus kita sebut pertama kali sebagai pusat pengetahuan dan pendidikan Islam. Gairah keilmuan berkembang dengan pesat di Madinah sejak kedatangan Nabi. Di masjid Nabawi, beliau membangun Suffah; sebuah tempat berteduh bagi orang Islam yang miskin. Bentuknya seperti sekolah malam di mana 'Ubadah ibn ash-Shamit mengajari mereka menulis dan membaca Al-Qur'an. Disinilah Nabi memulai pemberantasan buta huruf dalam islam.

Al-Qur'an merupakan ilmu yang pertama kali ditekuni oleh para sahabat di Madinah. Mereka menghafal Al-Qur'an yang dibaca setiap shalat. Hadis juga digunakan menjadi pedoman para sahabat disamping Al-Qur'an untuk masalah halal haram, akidah, ibadah, dll. Ilmu tentang nasab (keturunan) merupakan ilmu yang didorong oleh Nabi untuk dipelajari, disamping ilmu faraidh (waris), ilmu falak untuk membantu ketepatan ibadah, dan ilmu bahasa asing.
Perluasan kekuasaan Islam dengan cepat terjadi dan bermula dari pusatnya di Madinah. Periode antara tahun 750-1150 M merupakan periode keemasan dunia Islam. Pada masa Umar bin Khattab (w.643) menjadi Khalifah, perluasan wilayah Islam dimulai dengan penaklukan. Dawlah Umayyah memindahkan ibukota kemaharajaan Islam ke Damaskus selama 88 tahun. Selama periode Umayyah, pembahasan dalam masalah fiqh dirujuk kepada Al-Qur'an, belum banyak dicurahkan kepada Hadis. Karya-karya sejarah awal menggarap tema Maghazi (ekspedisi Nabi).
Tokoh terkemuka pada periode ini dalam bidang ilmu antara lain Ibnu Abbas (619-687) di Mekkah, spesialisasinya adalah Tafsir Al-Qur'an, muridnya antara lain Ikrimah (w.723), Muhajid (w.721), dan Atha' bin Abi Rabah (w.732). Zaid bin Tsabit (611-666) menguasai bahasa Syriac dan Ibrani, dan Abdullah bin Umar (w.693) muridnya yaitu Muhammad bin Syihab az-Zuhri (670-742) karyanya yang tersisa seringkali dikutip oleh Ibnu Ishaq dan At-Thabari. Ada sahabat yang menonjol pengetahuannya mengenai naskah Al-Qur'an yaitu Abu Darda' (w.652) dan Ibn Amir(w.736). Dalam bidang fiqh terdapat Makhul (w.731) dan muridnya Al-Awza'i (w.774).
Mesir memainkan peran sangat kecil dalam kehidupan intelektual periode Umayyah. Baru pada masa dinasti Fathimiyyah yang beraliran Syiah, setelah panglima Jauhar ash-Shiqilli menaklukan Mesir kemudian membangun Masjid tahun 970 M yang dinamakan Al-Azhar. Dawlah Abbasiyah yang menggantikan dawlah Umayyah merupakan periode keemasan sejarah intelektual Islam.
    1.2.2 Wilayah Barat : Cordova
Khalifah Umayyah memulai perluasan ke Afrika Utara dan menyebrang ke Andalusia dan berhasil ditaklukan pada tahun 711. Pada 756, Abdurrahman I (Ad-Dakhil) pangeran khalifah Umayyah di Damaskus melarikan diri menuju Andalusia dan menjadi khalifah disana. Kemudian menjadi menara ilmu dan kemajuan Islam.
1.3 Organisasi Pendidikan Islam
  1. Halaqah : Membentuk setengah lingkaran menghadap guru yang membelakangi tembok atau tiang.
  2. Maktab atau Kuttab (sekolah menulis) : Berkumpul di rumah guru untuk belajar membaca dan menulis. Telah ada sebelum Islam.
  3. Sekolah Istana : Diselenggarakan di istana kerajaan.
  4. Sekolah Masjid : Belajar di masjid.
  5. Sekolah Toko Buku : Toko buku seperti halnya perpustakaan.
  6. Sanggar Sastra : tempat khusus untuk bertukar pikiran tentang sastra dan ilmu pengetahuan.
  7. Madrasah : tempat mempelajari pelajaran tingkat tinggi.
  8. Universitas : Puncak kejayaan ilmu pengetahuan di zaman klasik Islam.
Bab II. Perkembangan Ilmu Pengetahuan di Dunia Islam
Pada masa Nabi ilmu-ilmu wajib diajarkan meliputi menelaah Al-Qur'an, menghafal Hadis, bahasa Arab dan adab serta masalah pengobatan. Ilmu yang pertama-tama berkembang pada masa Khalifah Umayyah adalah ilmu-ilmu agama, seperti : Al-Qur'an dan tafsir, ilmu tafsir, ilmu qira'ah, fiqh, nahwu (tatabahasa Arab), hadis dan ilmunya, ilmu penulisan kamus bahasa. Sedangkan pada masa Khalifah Abbasiyyah perhatian diarahkan kepada penguasaan terhadap ilmu intelektual dan filsafat.
Melalui ijtihad ilmu-ilmu agama Islam berkembang sampai sekarang dengan kita kenal seperti : Ulum Al-Qur'an, Ulum al-Hadis, ilmu Tauhid, ilmu Fiqh, dll. Para ilmuwan Islam awal telah membuat klasifikasi ilmu menurut kriteria masing-masing. Dengan penjelasan klasifikasi ilmu dalam Islam terlihat bahwa semua rumpun ilmu pernah ada  dan berkembang dalam sejarah keilmuan Islam.
Al-Qur'an tentang alam semesta yang tertuang dalam 750 ayat cukup membuktikan bahwa ilmu alam tidak sebanding dengan imu keislaman (ulum al-din). Namun melalui ilmu-ilmu alam ini sederet nama saintis Muslim terus tercatat dalam bidanh kedokteran, kimia, fisika, astronomi, matematika, dll. Ilmu-ilmu sosial sempat berkembang dalam peradaban Islam berkat Ibnu Khaldun dalam karyanya Muqaddimah yang membuatnya dianggap sebagai Bapak ilmu Sosiologi dan Filosof sejarah.
Al-Jabiri dalam Bunyah al-Aql Arabi memetakan struktur pemikiran Arab ke dalam tiga sistem pengetahuan (nalar): bercorak retoris atau dialektis (bayani), bercorak demonstratif (burhani), dan bercorak gnosis (irfani). Al-Jabiri menganggap bahwa model bayani lah yanh merupakan ciri ilmu Islam klasik.
Metode hafalan dan tulisan merupakan dua cara dalam tradisi Islam untuk melestarikan ajaran agama. Di Arab tradisi tulis menulis sudah ada sebelum Islam. Mereka menukis hutang-piutang, perjanjian, sumpah, buku agama, silsilah, dan korespondensi pribadi. Tradisi tulis menulis di Arab ini semakin pesat berkembang setelah kedatangan Islam, dan peradaban Muslim adalah peradaban tulis. Muncul tradisi syarh (komentar) dan hasyiyah (komentar atas komentar). Syarh merupakan karya tulis berupa kitab yang mengomentari karya lain. Dan sebuah karya syarh membuka peluang untuk munculnya hasyiyah yakni syarh diatas syarh.
Sebagian besar isi buku-buku Islam disuguhkan sebagai tradisi yang ditularkan dari satu generasi ke generasi lain. Penulis memilih dari catatannya apa-apa yanh dianggapnya berguna, menyebutkan sumber yang menyampaikan itu, seterusnya hingga kepada sumber aslinya. Pencatatan rentetan perawi (isnad) yang amat hati-hati ini mencermikan tradisi lisan yang terus berlanjut. Ini juga sebagai jaminan berlangsungnya transmisi ilmu.
Sanad penting dalam transmisi ilmu dalam sejarah Islam. Sekarang tentang metode merujuk pendapat orang lain yang sering di istilahkan dengan iqtibas (kutipan). Kata intaha (selesai) umumnya menunjuk kepada akhir kutipan. Para pengarang mengizinkan untuk mempersingkat kutipan, atau menyelang-nyelingkan dengan pernyataan mereka sendiri menurut apa yang mereka anggap lebih memudahkan.
Bab III. Ilmu-ilmu Keislaman : Metode dan Sumber
Secara umum teks baik Al-Qur'an dan Hadis, sebagai pondasi aski nilai-nilai masyarakat Islam, merupakan objek pengkajian yang dilakukan oleh ulama, terlebih setelah dilakukan pembukuan, dengan basis pendekatan: kebahasan dan periwayatan. Ar-Risalah karya Imam Asy-Syafi'i (150-204) dalam bidang Ushul Fiqh dianggap sebagai kerya awal yang membahas pertanyaan tentang metode ilmiah.
Asy-Syafi'i mengidentifikasikan dua sumber pengetahuan utama : pengetahuan yanh terdapat di dalam nash/teks dan pengetahuan deduktif (istinbath). Klasifikasi Asy-Syafi'i banyak digunakan dalam ilmu-ilmu keislaman seperti ushul fiqh, ilmu ma'ani (tentang makna atau semantik), ilmu tafsir Al-Qur'an, dan kritik sastra. Di bawah judul Al-Bayan ini, Asy-Syafi'i memperkenalkan tingkat-tingkat perbedaan kejelasan teks Al-Qur'an. Tingkat pertama adalah teks yang jelas (bayyin). Tingkat kedua adalah yang tampak (zahir). Tingkat ketiga yaitu global (mujmal).

Selain pendekatan kebahasaan, pendekatan periwayatan yang diperkenalkan oleh para ahli Hadis (Muhaddisun) berpengaruh kuat dalam tradisi keilmuan Islam baik pada ilmu tafsir, hadis, fiqh, kalam, tasawuf, dan bahkan sejarah. Periwayatan merupakan segala sesuatu yang telah tetap dengan penukilan atau penyampaian dari Al-Qur'an, atau dari Nabi Muhammad, atau sahabat, atau tabiin dengan metode menyebutkan ungkapan-ungkapan yang disandarkan kepada pemiliknya.

Dan ini bukti hasil cek di plagramme:

Sekian, semoga bermanfaat.