Selasa, 21 November 2017

Bongkar Pasang Masjid Syuhada dan Perkembangan Agama Islam di Kampung Kroyo.



Nama : Indah Bekti Wijayanti
NIM  : 175231011
Kelas : 1A PBS

Masjid Syuhada terletak di kampung Kroyo rt: 01 / rw: 01, kelurahan Kroyo, kecamatan Karangmalang, kabupaten Sragen. Masjid yang telah mengalami pembongkaran dan pembangunan kembali ini merupakan masjid pertama di kampung Kroyo. Entah apa alasannya masjid ini sering direnovasi. Masjid ini juga memiliki keunikan lain, yakni adanya makhluk-makhluk ghaib yang sering diperbincangkan banyak orang, lalu tentang pengaruh masjid yang sangat membantu dalam perkembangan agama di kampung Kroyo, juga tentang pembangunannya.
Saya mendapatkan informasi tentang masjid ini dari Bapak Subandi, yang biasa dipanggil Pak Bandi, selaku takmir masjid Syuhada, dan tempat tinggal beliau juga berdekatan dengan masjid. Beliau berumur sekitar 40 tahun, namun beliau sangat terkenal namanya dikampung Kroyo. Selain dari hasil wawancara saya kepada bapak Bandi, saya juga melakukan observasi secara langsung terhadap masjid Syuhada ini, guna menambah informasi yang bisa saya sampaikan.
Saya membuat tulisan ini bertujuan agar orang lain bisa mengetahui tentang keunikan masjid yang ada di kampung saya, dan saya berharap ada amanat yang bisa di ambil setelah membaca tulisan ini sampai akhir. Nama Masjid Syuhada diusulkan oleh sang pendiri masjid, dan di setujui oleh para tetua kampung. Masjid yang dulunya hanya berupa langgar biasa ini, di bangun sejak sekitar tahun 1970an, dan setelah kira-kira dalam kurun waktu sepuluh tahun, langgar tersebut baru direnovasi menjadi masjid.
Terdapat banyak perbedaan antara langgar sebelum direnovasi dan setelah direnovasi. Diantaranya adalah, ketika masih berbentuk langgar, disini belum ada adzan yang menggunakan pengeras suara, hanya dibantu dengan bedug masjid agar bisa di dengar orang banyak. Selain itu, ketika masih berupa langgar, langgar ini hanya digunakan untuk sholat berjamaah lima waktu saja, dan selain itu tidak terdapat kegiatan apapun, entah itu kegiatan kemasyarakatan maupun keagamaan. 
Ukuran langgar juga cenderung sempit bila dibanding dengan luas masjid saat ini. Dan didalamnya pun hanya terdapat satu ruangan, pemisah antara jamaah laki-laki dan perempuan hanya dipisah dengan sekat yang terbuat dari pipa paralon yang di beri kain sebagai pembatasnya. Kemudian, dengan alasan-alasan tertentu, dan dengan dorongan-dorongan masyarakat yang dibantu dengan para donatur, langgar tersebut pun direnovasi menjadi masjid. Ruang yang sempit dan kecil, menjadi alasan utama, karena semakin lama jamaah semakin bertambah, apalagi saat memasuki bulan Ramadhan.
Selain itu, karena para jamaah masjid yang di dominasi oleh para orang tua, ingin memberikan pendidikan agama kepada anak-anaknya, seperti mengaji TPQ, namun karena fasilitas yang kurang memadai, akhirnya ini juga menjadi pendorong perenovasian masjid. Sebenarnya perbedaan antara langgar dengan masjid, bukan hanya terlihat dari bentuknya dan luasnya saja, tetapi juga dapat dilihat dari penggunaan masjid, kegiatan-kegiatan yang berlangsung disana, fasilitas-fasilitas yang terdapat didalamnya, dan masih banyak lagi yang bisa kita lihat dan rasakan. Dengan bergotong royong, para penduduk kampung bekerja bakti merenovasi masjid.
Masalah pembiayaan dan keuangan, sudah ada donatur yang memang sejak berbentuk langgar, beliaulah yang paling berjasa, mulai dari pembelian bahan bangunan hingga tanah tempat berdirinya masjid, itu adalah hasil sumbangan beliau dan dibantu dengan bantuan swadaya masyarakat. Setelah dibangun menjadi masjid, tentu keadaan sangat berbeda dibandingkan saat masih berbentuk langgar. Mulai dari bentuk dan penggunaan dari masjid itu sendiri.
Setelah perenovasian masjid selesai, masjid terlihat lebih megah, terdapat dua ruangan yang digunakan masing-masing untuk jamaah perempuan dan jamaah laki-laki. Penggunaan bedug sudah dihilangkan, karena saat mengumandangkan adzan sudah menggunakan pengeras suara. Selain itu, masjid juga digunakan untuk kegiatan-kegiatan keagamaan lain selain sholat berjamaah lima waktu. Seperti, pengajian TPQ bagi anak-anak yang ingin belajar membaca al-qur'an, pengajian ibu-ibu dan bapak-bapak, tempat untuk rapat membahas tentang keagamaan di kampung, dan lain sebagainya.
Juga dari segi fasilitas yang ada di dalamnya, seperti penerangan yang cukup, adanya kipas angin, kamar mandi yang dilengkapi dengan wc, tempat wudhu yang lebih luas, dan tentunya tempat sholat yang lebih luas. Namun, dibalik beberapa kelebihannya, masjid ini masih memiliki beberapa kekurangan, yakni belum adanya ruangan khusus yang digunakan untuk tempat bagi kegiatan-kegiatan keagamaan selain sholat, kegiatan-kegiatan ini harus menggunakan tempat sholat berjamaah laki-laki, karena memang ini adalah ruang utama dan lebih luas dibanding tempat bagi jamaah perempuan.
Bahkan dimasjid ini pun tidak ada serambi, atau teras yang digunakan untuk duduk-duduk ataupun sekedar menunggu waktu sholat. Orang-orang biasanya memilih duduk di tangga depan pintu masuk masjid, ataupun di teras rumah warga yang tepat berada di depan masjid. Namun kekurangan ini bukan tanpa alasan, keterbatasan luas tanah menjadi faktor utamanya. Karena di samping kiri, kanan, depan, dan belakang sudah terdapat pekarangan dan rumah warga.
Setelah selesai direnovasi menjadi masjid, jamaah masjid menjadi semakin ramai. Para kaum masjid menjadi bersemangat berangkat ke masjid baru ini. Dan ini menjadi kemajuan tersendiri bagi kampung Kroyo dalam bidang agama, karena orang yang sebelumnya tidak melaksanakan sholat, sekarang dia mengerjakan, dan orang yang sebelumnya tidak tahu atau pengetahuannya tentang agama kurang, sekarang menjadi bertambah berkat adanya pengajian.
Kemajuan keagamaan ini juga berkat para ulama atau orang yang ilmu agamanya tinggi, merek mendatangi rumah-rumah, yang laki-lakinya tidak pernah terlihat di masjid. Memberikan pengertian-pengertian mendasar tentang agama, dan mengaja mereka untuk sholat berjamaah di masjid. Ada orang yang menanggapi dengan positif, dan mengikuti ajakan untuk sholat berjamaah di masjid, ada juga yang bersikap acuh bahkan mengusir para ulama yang datang.
Setelah masjid menjadi ramai, dan bahkan jamaah yang rumahnya jauh pun rela datang ke masjid untuk sholat berjamaah ataupun mengikuti kegiatan keagamaan. Untuk mempermudah jamaah yang jarak tempat tinggalnya jauh dengan masjid, dibangunlah mushola ditempat lain yanh sedikit jauh dengan masjid Syuhada. Hal ini membuat jamaah di masjid Syuhada berkurang, dan semakin lama semakin berkurang. Kebanyakan jamaahnya adalah orang-orang lansia.
Walaupun masjid semakin lama semakin sepi, tetapi jika memasuki bulan Ramadhan jamaahnya bertambah sangat banyak. Bahkan ruangan di dalam masjid ini tidak cukup untuk menampung para jamaahnya. Sehingga, orang-orang yang tidak kebagian tempat di dalam, mereka menggelar tikar dan sholat di pelataran ataupun emperan rumah warga. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya gagasan pemikiran untuk merenovasi kembali masjid ini.
Namun, ketika rencana ini disampaikan kepada donatur utama yang sebelumnya membiayai pembangunan masjid, beliau justru malah terkesan tidak setuju. Untuk itu, perenovasian di batalkan. Namun, selang beberapa tahun, donatur tersebut meninggal, dan selang satu tahun, istrinya juga meninggal. Entah kenapa, rencana perenovasian masjid kembali muncul, dan kali ini tidak ada yang menghalangi. Dengan alasan kurangnya ruang, dan masjid juga sudah terlihat kuno, akhirnya masjid ini direnovasi kembali.
Pada tahun 2016 dilaksanakanlah perenovasian, dan dalam kurun waktu lebih dari enam bulan akhirnya perenovasian masjid ini selesai. Masjid yang baru terdiri dari dua lantai, lantai bawah terdiri dari dua ruangan. Sebelah kiri untuk jamaah laki-laki, dan sebelah kanan untuk jamaah perempuan. Sementara untuk lantai atas, digunakan untuk ruang serba guna. Fasilitas-fasilitas masjid setelah direnovasi juha semakin lengkap. Karena saya melakukan observasi saat keadaan masjid telah direnovasi menjadi dua lantai, jadi saya akan membabarkan fasilitas yang ada saat ini.
 Pada ruang utama, bau khas bangunan baru tercium, dengan nuansa cat berwarna putih bercampur hijau, dengan karpet bercorak masjid yang berwarna merah dan hijau menutup seluruh permukaan lantai. Disini terdapat enam jendela kaca besar di bagian depan, lima kipas angin yang tersebar ditambah satu di bagian tempat imam. Dengan delapan lampu ditambah satu lampu dibagian tempat imam, membuat ruang utama ini menjadi cukup terang. Di sini terdapat satu buah jam analog di bagian belakang dan satu buah jam digital yang dilengkapi dengan alarm yang menunjukkan waktu sholat yang terletak di bagian depan.
Juga terdapat satu buah almari di bagian pojok belakang yang berisi beberapa al-qur'an, buku iqro', buku yasin, dan sajadah. Juga terdapat mimbar bagi khotib yang berdiri kokoh di sebelah tempat imam. Dan disebelah kiri ruangan ini ada pintu yang langsung terhubung ke tempat wudhu bagi jamaah laki-laki yang juga dilengkapi dengan toilet. Kemudian ke ruang sebelah kanan dari ruang utama, di sinilah ruang bagi jamaah perempuan. Ruangan ini terlihat lebih sederhana dibanding ruang utama, hanya ada dua kipas angin di samping kiri dan kanan, ditambah satu di bagian tengah.
Sumber penerangannya berasal dari empat buah bola lampu di setiap pojok dan dibantu dengan empat jendela kecil di sebelah kanan. Disini juga terdapat etalase yang berisi empat stel mukena, dan dua sajadah. Dan lantainya ditutup karpet yang bercorak sama dengan ruang utama. Dan di sebelah kanan terdapat pintu yang langsung terhubung ke tempat wudhu perempuan, yang juga dilengkapi dengan toilet. Kemudian ke lantai dua, naik melalui tangga yang berada di samping kiri bangunan masjid ini.
Nuansa cat di lantai dua senada dengan ruang-ruang yang lain, hanya saja disini terlihat lebih lapang karena tidak terlalu banyak perabotan yang mengisi. Dibawahnya terdapat karpet hijau polos yang menutup seluruh bagian lantai, di dindingnya terdapat satu buah jam analog, empat kipas angin di setiap sudut, dan empat lampu diatasnya. Kemudian tentang kegiatan-kegiatan keagamaan yang ada di masjid Syuhada ini, seperti  pengajian TPQ bagi anak-anak. Pesertanya sekitar 20 orang anak pada hari-hari biasa, dan bisa mencapai 100 anak pada bulan Ramadhan.
 TPQ dipandu oleh seorang ustadz, yang di bantu dua atau tiga orang remaja muslim pada hari biasa, dan bisa mencapai sepuluh orang lebih pada bulan Ramadhan. Selain itu ada kajian rutin bagi bapak-bapak dan ibu-ibu. Pengajian bapak-bapak biasa diadakan setiap malam selasa atau senin malam, biasanya di isi dengan membaca al-qur'an secara bergiliran, dan dipimpin oleh seorang takmir masjid, dengan peserta sekitar 15 orang. Sementara untuk pengajian ibu-ibu diadakan setiap malam jumat atau kamis malam, biasanya di isi dengan membaca surat yasin dan al-qur'an secara bersama-sama, dengan peserta sekitar 50 orang, dan dipimpin oleh seorang yang dituakan atau di hormati.
Selain keunikan tentang seringnya masjid ini direnovasi, ada informasi lain yang saya dapatkan, bahwa ternyata pernah terdapat kejadian mistis di dalam masjid ini, dan juga kabar-kabar dari warga sekitar bahwa terdapat beberapa tempat yang dianggap angker disekitar masjid ini. Salah satu kejadian tersebut adalah,  pernah suatu ketika, waktu bulan Ramadhan, ada seseorang yang berniat untuk berdiam diri di masjid, mencari malam lailatul qadar, dan ternyata sebenarnya malam itu bukan malam ganjil, seseorang itu datang sendirian.
Dia bercerita katanya malam itu ada yg menyuguhi makanan, padahal tidak ada siapapun, dia juga makan sambil tetap beribadah, selesai itu, karena dia sendirian dan katanya hawanya tidak enak dia langsung pulang. Keesokan harinya, dia lewat depan rumah salah satu takmir, sambil bilang, tadi malam makanan banyak banget tidak ada yang makan, tidak ada orang soalnya. Lalu si takmir memeriksa kedalam masjid, tidak ada apa-apa, dan setelah cerita-cerita, sepertinya itu kerjaannya jin yang tinggal disana, karena memang malam itu tidak ada siapa-siapa yamg datang, apa lagi mengantarkan makanan. Namun juga tidak ada yang tahu secara pasti tentang kejadian tersebut, wallahu'alam.
Selain itu, terdapat cerita mistis lain yang saya dengar dari masyarakat sekitar, yakni tentang adanya kebun di belakang masjid, dan disana terdapat pohon nangka besar dan berusia cukup tua, dan letaknya berada di dekat tempat wudhu perempuan, warga sekitar banyak yang bilang bahwa di tempat itu ada penunggunya, tapi tidak mengganggu, cuma terkadang menampakkan diri, dan karena ini masjid juga sudah termasuk tua , jadi banyak jin yang tinggal di dalamnya, namun jin muslim.
Mungkin cukup sekian, cerita yang dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat. Dan semoga, ini bisa menjadikan pengertian bagi kita semua, bahwa peradaban Islam telah sangat berkembang di Indonesia. Di zaman sekarang, tidaklah sulit bagi kita kaum muslim untuk mencari masjid bila ingin menunaikan ibadah. Semoga semakin berkembangnya Islam dapat juga meningkatkan iman kita terhadap agama Islam ini. Aamiin.

hasil plagramme